Sydney Library "The Novel" From Sydney to Jakarta



Aku yang dikamar sendiri mencoba merenungi, kejadian yang baru aku alami.
“Apa sebenarnya yang terjadi?”
“Siapa lagi yang akan memasakkan aku?”
‘Siapa lagi yang akan menemani aku…?”
“Apakah aku yang salah…? Ah tidak mungkin itu…!”
“Dia yang tidak dapat dipercaya!!!” Kepercayaan adalah pondasi utama sebuah hubungan yang baik. Dan dia telah mengkhianatinya!!”
Aku menatap langit kamar. Sambil tanganku aku jadikan bantal. Menarik nafas yang dalam berkali-kali agar aku dapat rileks. Sambil berdoa semoga Allah membantuku menyelesaikan perkara ini.
“Ya Allah, semoga putusnya hubunganku dengan si Noei dapat Engkau gantikan dengan seseorang yang lebih baik lagi.”
Tiba-tiba terdengar suara mobil masuk ke parkiran villa.
Aku bangkit dari tidurku dan melihat dari jendela menuju ke arah parkiran mobil untuk mahasiswa.
Terlihat dari kejauhan ada seorang wanita yang berwajah putih bertubuh langsing baru saja memarkir mobilnya dan turun dari mobil sedan putih.
Wajah putihnya bercahaya diterpa cahaya mentari yang seolah lampu sorot yang menyorotnya dengan rambut berkilau keemasan.
Hmmmm, siapakah wanita cantik itu …Mengapa aku baru melihatnya.?” Aku penasaran dalam hati.
Aku berlari untuk membuka pintu kamar dan dia ternyata sudah masuk ke villanya sambil membawa barang. Aku masuk lagi ke kamar dan langsung berbaring sambil menyetel radio Oz Australia.
Sambil menatap langit kamar, aku mencoba merenungi apa saja yang baru terjadi. Aku percaya ungkapan bahwa “kala pintu hati yang satu tertutup, maka pintu yang lain akan dibuka.”
“Apakah ini pertanda, dia yang akan menjadi teman hidupku…? Aku merasakan getaran gelombang cinta pada pandangan pertama…”
Aku beranjak dari pembaringan dan melihat ke arah jendela kamar lagi. Kembali aku lihat si wanita putih yang tadi turun dari mobil sekarang masuk lagi ke dalam mobil dan pergi entah kemana. Mobil putihnya, sekejap hilang dari pandanganku.
Tapi aku masih bisa mengingat wajahnya yang cantik, bersih dan tinggi.
Daripada aku hanya tiduran disini dan kesepian. Bisa jadi ini malah akan membuat aku tambah stress, karena merasa terkhianati.
Aku ingin mengobati rasa kehilangan sang kasih, aku bersiap untuk ke perpustakaan kampus, agar bisa membaca buku. Aku ambil sepedaku yang ada di teras dan langsung mengayuhnya kearah perpustakaan. Aku mengayuh sepeda dengan sangat kencang sambil melepaskan dan membuang energy negative yang menjadi beban fikiran. Perpustakaan yang ada di dalam kampus yang tidak terlalu jauh hanya berjarak kurang lebih 700 meter dari kamarku, menjadi sangat dekat. Dan secepat kila aku sampai di gedung G1 perpustakaan.



06. Library

Setelah memarkir sepeda di tempat parkir khusus yang telah disediakan, aku melepas helm sepeda dan masuk ke ruang perpustakaan. Pintunya yang besar otomatis terbuka dengan lebar.
Aku masuk ke sebuah perpustakaan yang modern, bersih dan wangi.
Perpustakaan yang biasanya wangi, kini malah berbau aneh. Kini mendadak malah berbau bawang. Semua orang memegang hidungnya dan melihat kearah orang benua Afrika yang baru saja masuk ke perpustakaan. 
Wangi khas rempah sangat menusuk ke hidung. Akupun bergegas pindah ke sudut ruangan yang lain.
Sambil berjalan di lorong-lorong yang penuh dengan buku, aku melihat wanita yang baru saja aku lihat di parkiran mobil dekat villa. Dia sedang asyik duduk membaca buku sambil jongkok.
Aku yang melihatnya, mencoba untuk melangkah dan mendekatinya sekalian melihat buku-buku yang ada.
Aku agak lama berdiri didekatnya, dan terasa ada aroma wangi “musk” yang keluar dari tubuh indahnya.
Setelah mendapatkan buku yang dibacanya dia menuju ke sebuah meja kosong yang terletak di sudut lorong bacaan. Aku yang juga telah mendapatkan sebuah buku, mencoba duduk di meja yang sama.
Aku melihatnya sesekali, dan diapun sepertinya demikian.
Aku telah melupakan, sakit hati yang dikhianati orang dari Thai. Aku terpesona dengan wanita cantik yang sedang membaca buku ini.
Aku kembali menatap wajahnya, dan sekejap matanyapun langsung bertatapan dengan mataku. Aku tak berhenti menatapnya, sampai dia tertunduk kembali membaca bukunya.
Aku merasakan ada getaran gelombang rasa sepi yag kami alami. Maka aku mencoba memperkenalkan diri.
“Hi…my name is Insani…” Aku memperkenalkan diri sambil mengeluarkan tanganku dari dalam “sweater” biru yang kukenakan.
“Hi….my name is Virginia.” Dia menjawab sambil kemudian merunduk membaca. Buku yang berjudul “hospitality” terlihat jelas dari tempatku duduk.
“I’m from Indonesia…” Aku mencoba ramah.
“Are you stay here….?” Aku bertanya.
“Oh…Indonesia. I’m Australian. Oh yes, I just move form Sydney today…” Kata Virginia.
 “Oh…great Aussie yeah. Nice to meet you Virginia” Aku tersenyum senang mendengarnya, karena dia adalah warga Australia yang baru pindah dari kota Sydney.
“I stay also in here near the villa…” Aku menjelaskan bahwa akupun tinggal dekat sini.
“Oh, great. So we are neighbour right…” Virginia merasa senang bisa bertemu tetangga baru disini.
Kami pun lanjut membaca berdua dalam perpustakaan yang hangat.
Suhu udara dingin yang ada di luar menjadi tak terlalu terasa karena adanya “heater” yang sangat membantu udara menjadi hangat. Pembicaraan semakin hangat dan kamipun semakin dekat dalam kehangatan jiwa.
Beberapa teman yang ada, ternyata memperhatikan kami. Mereka datang menghampiri kami, dan mengajak kenalan juga dengan Virginia.
“Wah….loe pada ngapain kesini juga…?” Aku bertanya heran, walaupun dalam hati aku juga memahami ketertarikan mereka kepada Virginia. Siapa yang tidak tertarik melihat wanita yang berwajah putih, baik hati, bertubuh langsing dan baru saja pindah dari pusat kota Sydney.
“Udah loe…diem aja. Kayak loe yang punya aja nih cewek heee….” Si Freddy membalas mengejek sambil bercanda.
Sambil mengambil kursi yang aku duduki dan mendekat ke Virginia. Virginia melihat kelakuan mereka hanya bisa tersenyum maklum.

Comments

Popular Posts