Sang Ustad Yusuf Mansur dari Penjara Menjadi Pengusaha

Saya mengenal beliau pertama kali di tahun 2001, ketika bertamu di kantornya di ruko Bintaro Junction, Tangerang. Beberapa kali bersama beliau, sangat terlihat jelas bahwa beliau adalah sosok yang ramah, aktif berbicara dan memiliki keyakinan yang sangat kuat serta memiliki kepribadian dan wajah yang menarik.

Waktu itu, beliau belum terkenal dan dengan antusias menerima kami dan menceritakan mimpinya ingin membangun sebuah pesantren penghapal Al Quran pertama di Indonesia serta berfokus pada ceramah tentang sedekah.

Beliau sangat yakin akan sukses dengan fokus pada ceramah sedekah dan pembangunan pesantren penghapal Al quran tentu dengan bantuan dan ridho Allah SWT.

Sekarang ini, beliau dikenal sebagai uztadz yang kerap memberikan ceramah-ceramah yang mengajarkan mengenai betapa pentingnya sedekah dan manfaatnya.

Ustadz Yusuf Mansur lahir pada tanggal 19 desember 1976 di Jakarta. Beliau lahir dari keluarga keturunan Betawi. Ayahnya bernama Abdurrahman Mimbar dan ibunya bernama Humrifiah. Lahir dari keluarga yang berkecukupan membuat ia sangat disayang dan manja oleh orang tuanya. Ia merupakan anak sulung da memiliki tiga orang saudara.

Yusuf Mansur diketahui sewaktu kecil merupakan anak yang cerdas, orang tuanya ingin agar Yusuf Mansur bisa menjadi anak yang bertakwa dan paham akan agama yang membuat mereka kemudian menyekolahkannya di Madrasah Ibtidaiyah Chairiyah Mansuriyah Jembatan Lima yang berada di wilayah Tambora, Jakarta Barat. Disini sejak kelas empat, Yusuf Mansur kecil sering naik ke mimbar untuk berpidato pada acara sekolah yang diadakan setiap menjelang Ramadhan.

Tamat dari Madrasah Ibtidaiyah, Yusuf Mansur kemudian masuk di Madrasah Tsanawiyah Chairiyah Mansuriyah. Sekolah ini dikelola oleh keluarga Yusuf Mansur. Disekolah ini, ia merupakan murid termuda dan juga berhasil tamat di usia 14 tahun di tahun 1989 dan juga sukses menjadi siswa terbaik di sekolah tersebut.

Dari Madrasah Tsanawiyah, Yusuf Mansur kemudian masuk di Madrasah Aliyah negeri 1 Grogol. Lulus sekola, ia kemudian melanjutkan pendidikannya dengan masuk di perguruan tinggi di IAIN Syarif Hidayatullah dengan mengambil konsentrasi Syariah di fakultas Hukum pada tahun 1992.

Namun karena pergaulan diluar, lambat laun kuliah Yusuf Mansur mulai berantakan disebabkan ia lebih suka ikut balapan motor mengikuti teman-temannya. Ia sering mengikuti balapan motor di wilayah Jakarta Barat sehingga ia kemudian malas untuk ke kampus.

Karena kebiasaannya tersebut akhirnya ia kemudian berhenti kuliah. Tahun 1996, Yusuf Mansur mencoba terjun ke dunia bisnis informatika, namun kurangnya pengalaman dalam berbisnis membuat ia Yusuf mansur ketika itu terjerat banyak hutang. Tak sanggup membayar, ia kemudian akhirnya masuk penjara selama dua bulan.

Setelah bebas, Yusuf Mansur kemudian memulai untuk berbisnis lagi namun usahanya kembali mengalami kegagalan dan akhirnya ia kembali mengalami kebangkrutan dan memiliki hutang yang banyak. Dan akhirnya ia kembali masuk penjara tahun 1998.

Di penjara tersebut kemudian menjadi titik balik kehidupan Yusuf Mansur sebagaimana yang biasa a ceritakan ketika berceramah. Dipenjara ia merasakan kelaparan dan tidak mendapatkan jatah makanan hanya ada sepotong roti untuk mengganjal rasa laparnya. Roti tersebut kemudian ia ambil dan pada saat bersamaan, ia juga melihat beberapa ekor semut sedang mencari makanan.

…Entah apa yang saya pikirkan saat itu. Yang pasti, saya membagi roti itu menjadi dua bagian, untuk semut-semut dan untuk saya sendiri sambil berharap mereka akan mendoakan saya agar segera mendapatkan makanan. Ajaib! Lima menit setelah itu saya dapat nasi bungkus Padang – Yusuf Mansur.

 Peristiwa tersebut menyadarkannya bahwa betapa pentingnya untuk bersedekah. Keluar dari penjara ia kemudian mencoba untuk berubah dan mencoba dekat dengan agama sembari merintis usaha kecil-kecilan. Dengan meminjam modal dari kerabatnya senilai 20 ribu rupiah Yusuf Mansur mulai untuk berjualan es plastik di terminal.

Disertai dengan kesabaran dan keikhlasan serta rajin bersedekah membuat usahanya sedikit demi sedikit maju. Mulai dari berjualan es di termos, hingga ia kemudian mempunyai gerobak dan kemudian karyawan untuk menjual es. Perlahan-lahan hidupnya kemudian membaik.

Menemukan Hidayah Di Dalam Penjara
Yusuf Mansur sempat bekerja di sebuah LSM berkat bantuan seorang polisi. Di LSM inilah kemudian Yusuf Mansur menuliskan kisah-kisahnya selama dipenjara dalam sebuah buku yang berjudul “Wisata Hati Mencari Tuhan Yang Hilang”.

Buku yang ia tulis kemudian mendapat sambutan yang luar biasa di masyarakat. Hal inilah yang membuat ia banyak mendapat undangan untuk berceramah dan dalam ceramahnya, ia sering menekankan kepada para jamaahnya pentingnya bersedekah dan manfaatnya yang luar biasa.

Tahun 2000, Ustad Yusuf Mansur menikah dengan Siti Maemunah dan dari penikahannya tersebut hingga saat ini ia dikaruniai lima orang anak.  Namanya makin dikenal sabagai seorang Ustadz ketika ia mulai meluncurkan sebuah kaset rekaman berisi ceramahnya yang berjudul Kun Faya Kuun, The Power Of Giving. Dan semakin meroket takkala ia membuat film berjudul ‘Kun Faya Kuun’ pada tahun 2008 sebagai bagian dari roadshow ceramahnya.

Saat ini Ustadz Yusuf Mansur menjadi pimpinan dari Pondok Pesantren Darul Quraan dan pengajian Wisata Hati. Ia juga membuat program pembibitan penghafal quran dan laboratorium sedekah. Ustadz Yusuf Mansur bahkan merintis Sekolah Tinggi Ilmu Komputer Cipta Karya Informatika bersama dua orang temannya dan ia kemudian mulai kuliah lagi di Universitas Trisakti dengan mengambil jurusan ekonomi makro syariah dan merintis berbagai macam usaha. (disadur dari Bigorafiku.com)


Comments

Popular Posts