Mengapa "Sang Professor" Menang di Pilkada 2018?
Prof. DR. Nurdin Abdullah dulunya adalah seorang
akademisi, namun ketika rakyat dikampungnya memintanya untuk menjadi pemimpin
mereka, maka sang professorpun menerima amanah dari sang rakyat. Lahir dari
seorang anak tentara Indonesia keturunan Raja Bantaeng.
Professor Nurdin Abdullah adalah tokoh fenomenal.
Professor Nurdin Abdullah adalah tokoh fenomenal.
Beliau adalah bupati Indonesia pertama yang bergelar professor!!.
Disamping banyaknya penghargaan yang diterimanya
semenjak menjadi pemimpin. Di tahun 2017 saja sangat banyak penghargaan seperti:
Penghargaan Wahana Tata Nugraha (WTN) tahun 2013
Penghargaan yang diberikan oleh Pemerintah RI kepada daerah yang mampu menata
transportasi publik dengan baik.
Anugerah Kepala Daerah Pilihan Tempo, sebagai Kepala
Daerah Teladan, Tahun 2017.
Penghargaan SINDO Government Award 2017, Kabupaten
terbaik dalam pembangunan pertanian.
Penghargaan sebagai Marketer Of The Year Makassar
2017, dari MarkPlus Inc.
Penghargaan Makassar Marketing Champion 2017, dari
MarkPlus Inc.
Penghargaan Pengelolaan Kepegawaian Terbaik Tingkat
Kabupaten / Kota untuk Type B, dari Badan Kepegawaian Negara, Tahun 2017.
Penghargaan Kabupaten Layak Anak Kategori Pratama,
dari Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak, Tahun 2017.
Penghargaan Pengembangan Forum Anak Daerah Terbaik,
dari Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak, Tahun 2017.
Penghargaan Champion of WOW Public Service
Excellence Award Sulawesi Selatan dari MarkPlus Inc, Tahun 2017.
Piala Adipura dari Menteri Lingkungan Hidup dan
Kehutanan Republik Indonesia, Tahun 2017.
Penghargaan Percepatan Cakupan Pemberian Akta
Kelahiran Anak dari Kementrian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak
Republik Indonesia, Tahun 2017.
Penghargaan dari Menteri Dalam Negeri Sebagai Komisi
Irigasi Terbaik I Program WISMP II 2017.
Penghargaan Subroto Bidang Inovasi Energi Kategori
Prabawa dari Kementrian Energi dan Sumber Daya Mineral, Tahun 2017.
Penghargaan sebagai kabupaten sehat kategori Swasti
Saba Wistara dari Kementrian Kesehatan Tahun 2017.
Penghargaan health award 2017, Inspirator local
leader tahun 2017.
Penghargaan atas predikat kepatuhan terhadap standar
pelayanan public dari Obudsman Republik Indonesia (ORI), tahun 2017.
Bung Hatta Anti Corruption Award (BHACA), tahun
2017. Penghargaan yang terakhir adalah yang paling utama karena menyangkut kualitas
integritas sang pemimpin yang anti korupsi.
Mengapa
sang professor menang di Pilkada Sulawesi Selatan?
Ada 7 faktor utama yan membuat sang professor
diminati jadi pemimpin.
1. Integrity
(Integritas). Sang professor, memiliki integritas yang tinggi, satu kata dengan
perbuatan. Kejujuran adalah hal yang utama, itulah mengapa beliau sering
mengganti pejabat yang tidak jujur dalam bekerja. Dan menggelar lelang jabatan
bagi siapa yang memiliki integritas yang memang, benar-benar mau bekerja dan
berkorban untuk kepentingan umum.
2. Tangible
(Tampilan). Penampilan sang professor jauh dari kesan "borjuis",
beliau selalu tampil sederhana dan apa adanya. Yang dibesarkan bukanlah
penampilan tapi karya nyata untuk masyarakat. Tampilan daerah Bantaeng yang
dulu terkesan sepi sekarang menjadi salah satu pusat pertumbuhan ekonomi
sulawesi selatan.
3. Empathy
(Hati, Empati). Beliau memiliki perasaan yang peka terhadap nasib rakyatnya.
Daerah yang dulunya banyak kematian ibu yang melahirkan, menjadi daerah yang o
persen kematian. Setiap hari rumah beliau terbuka untuk rakyat setiap 08.00
pagi, untuk menerima masukan atau kritikan untuk pembangunan daerah.
4. Smart
(cerdas). Kecerdasannya tentu sudah tidak perlu diragukan lagi. Beliau adalah
seorang doktor dari universitas di Jepang. Ilmu yang dipelajari di Jepang yang
merasa malu jika harus berbohong mulai diajarkan dan ditularkan ke masyarakat.
5. Visoner
(Pandangan maju). Sang guru besar saat mulai memimpin langsung bekerja cerdas
dan nyata. APBD yang tadinya umumnyahanya untuk dihabiskan dirubah menjadi APBD
yang produktif 3 x lipat.
6. Program.
Memiliki program kerja yang jelas dan terukur. Bantaeng dulunya adalah kota
yang terbelakang, miskin dengan kondisi daerah yang memprihatinkan. Dalam waktu
cepat dirubah menjadi daerah yang sejahtera, pengangguran banyak berkurang dan
kondisi kota yang tertata rapi serta berjalan mulus.
Program Jumat Bersih, Sabtu Menanam, Brigade Siaga
Bencana, Ambulans Mobile 24 jam dan sebagainya adalah salah satu program yang
terus dijalankan.
Banjir yang sering terjadi, sudah menjadi mimpi
karena pembangunan infrastruktur yang sesuai dengan kondisi kebutuhan alam
lingkungan.
Hasil nyatanya adalah angka kemiskinan yang awalnya
21 persen menjadi 5 persen.
Angka pengangguran dari 12 persen menjadi 2,3
persen.
Pendapatan per kapita dari Rp 5 juta, kini menjadi
Rp 27 juta.
Pertumbuhan ekonomi dari 4,7 persen kini menjadi 9,5
persen.
APBD yang awalnya Rp 200-an miliar, kini tembus Rp
800-an miliar.
Pendapatan dari sektor pariwisata yang awalnya hanya
Rp 34 juta, kini jadi Rp 3,2 miliar.
Dari sinilah ketuk tular terjadi (the word of mouth
communication).
7. Real
Work (Kerja Nyata). Hasil karya nyata sang professor dari daerah terpencil
Bantaeng menggema ke seluruh Sulawesi hingga manca Negara. Kerja nyatalah yang
membuatnya jadi pemimpin idaman bagi seluruh rakyat Sul-Sel.
Inilah salah satu contoh sosok pemimpin idaman bagi
rakyat khususnya daerah Bantaeng, dan juga Sulawesi Selatan yang bukan tidak
mungkin bisa memberikan karya nyata juga bagi Indonesia, suatu hari nanti.
Sangat pantaslah rakyat SulSel memilihnya pemjadi
pemimpin mereka untuk 5 tahun kedepan.
Semua itu adalah hasil dari “track record” yang
memang sudah teruji dan terbukti nyata, bukan dari janji manis semata.
Comments