Jakarta dan Banten, Riwayatmu Kini....



Saya adalah orang kampung dari Bugis, yang merantau ke negeri Kangguru lalu terdampar di Jakarta dan Banten.

Saya sebenarnya sudah menginjak Jakarta sejak SD dan mulai menetap sejak tahun 1994 tepatnya di Jakarta Selatan.

Saat pertama kali menginjakkan kaki di Cengkareng Jakarta, perasaan waktu itu adalah rasa senang sekali dan bahagia.

Senang dan bahagia karena melihat kota yang sangat ramai, sangat besar dan semuanya serba "wow".

Jika melihat kota Jakarta, ketika dari kampung merupakan sebuah anugrah yang luar biasa.

Namun jika menginjak Jakarta, ketika dari Australia merupakan sebuah kerumitan yang luar biasa.

Jakarta adalah sebuah kota tujuan. Tujuan bagi orang kampung seperti saya untuk mampu meraih impian masa kecil.

Saya selalu melihat Jakarta ketika kakek saya menonton TV dan beritanya selalu tentang kota Jakarta yang hebat, serba besar dan luar biasa.

Sayapun semakin kagum dengan kota Jakarta.

Sayangnya, kota Jakarta yang selalu membuat kagum orang masih jauh dari kesuksesan dalam menyelasaikan permasalahan kemacetan, banjir, dan moral termasuk didalamnya korupsi, kriminal dan narkoba.

Jakarta adalah kota surga bagi yang memiliki uang dan kekuasaan.

Namun menjadi neraka bagi yang tidak memiliki cukup uang dan jabatan.

Di Australia, penduduknya dengan mudah dan nyaman dapat menggunakan kendaraan umum tanpa harus takut dengan kriminal dan stress dengan kemacetan apalagi banjir.

Jakarta, walaupun sudah mulai berbenah, mulai ke "on the track" mencapai itu semua.

Sudah mulai terlihat banyak perubahan pada fasilitas transportasi massal, walaupun belum bisa dikatakan menyamai kenyamanan negeri tetangga seperti Malaysia, Singapore atau Australia.

Kereta bandara atau "Sky Train" sudah mulai dapat dirasakan di bandara Cengkareng. Namun kereta MRT (Mass Rapid Transit) masih belum bisa dirasakan kehadirannya, ketika negeri tetangga sudah lama menikmatinya.

Kemacetan Jakarta sungguh sudah luar biasa, kalau tidak ingin dikatakan sebagai "jurang stress" atau bahkan "kota neraka" bagi pengguna jalan.

Jakarta sudah tidak layak sebagai kota yang hebat jika membiarkan kemacetan setiap hari.

Perubahan drastis dan cepat harus tetap dikebut mengejar ketertinggalan.

Jakarta sudah tidak layak menjadi tempat tinggal yang aman dan nyaman bagi warganya.

Bahkan presiden Susilo Bambang Yudhoyono dan presiden "jaman now" Jokowi lebih memilih tinggal di luar kota Jakarta, dengan berbagai alasan. Salah satunya mungkin adalah kenyamanan dan keamanan.

Sayapun, setelah lama tinggal di Jakarta, mulai mencari kota yang lebih nyaman, kota yang lebih tertata dan tanpa kemacetan jika ingin beraktifitas sehari-hari.

Kota BSD City di Banten, menjadi salah satu kota yang cocok dalam pencarian kota yang aman dan nyaman serta asri.

Di kota ini, memang terlihat jelas dibangun untuk mengurangi ritual kemacetan dalam hidup dan kehidupan.

Setiap hari, kita dapat beraktifitas tanpa harus bergulat dengan kemacetan dengan kota yang terintegrasi dengan tempat tinggal, kantor dan sekolah serta sarana penunjang kehidupan yang lengkap.

Kota yang nyaman, yang semestinya menjadi "benchmark" bagi kota yang lain.

Kota ini juga semestinya menjadi "energi" bagi kota-kota Banten yang lain.

Belajar untuk tidak mengambil "project" yang justru akan merugikan masyakarat adalah suatu hal yang masih "kudu" terus digaungkan walaupun seperti hanya sebuah tiupan angin sepoi-sepoi, yang hanya dinikmati sesaat.

Banten, kini banyak berubah. Walaupun yang lebih banyak berubah adalah dengan banyaknya kota satelit yang lebih terkelola dengan baik.

Jalanan yang sudah bagus, jangan sampai berubah menjadi "surga kemacetan".

Prioritaskan pelayanan publik dan transportasi publik.

Bekerjalah untuk memuaskan "makhluk Tuhan".

Kejar ketertinggalan dari negeri tetangga.

Berani memilih pemimpin yang jujur dan komitmen bekerja demi kenyamanan dan kepuasan masyarakat Indonesia dan dunia.

Jadikan Jakarta dan Banten sebagai simbol kenyamanan kota yang asri, aman dan nyaman dengan pelayanan yang hebat.

Comments

Popular Posts