Kumpulan Kisah Puisi: "Sang Wali"


Alkisah, di sebuah kota yang sepi, berpandangan laut lepas berpantai pasir hitam namun berbukit nan indah.

Saat itu terbit matahari pagi diufuk timur, menyinari penjuru kota, bersamaan dengan lahirnya seorang pemuda biasa, namun berhati dan berjiwa luar biasa.

Dihari yang tak biasa di suasana yang tidak biasa, menghasilkan sebuah ukiran kenangan sepanjang masa.

Perjalanan sang insani, menyusuri kehidupan yang fana. Terdampar di bumi yang indah. Tuk mencari hakikat kebahagiaan dan kehidupan sejati.

Menyusuri jalan-jalan kehidupan yang berliku namun lurus tuk satu tujuan.

Hanya hikmah yang dalam yang mampu memahami semua dan melihat yang tak terlihat. Sebuah buku alam dan alami yang ditulis oleh sang pencipta melalui perantara sang wali.

Sang wali yang selalu ada, mewakili sang pencipta untuk kebaikan dan kelangsungan semua.

Maka, mulailah membuka fikiran, hati dan jiwa nan suci.

Maka terbukalah yang tak terlihat, hijab yang selama ini tertutup.

Menutupi alam surgawi hingga bersinar terang bagai warna keemasan.

Lahirlah sang anak, di perahu yang terbalik. Untuk segera berlayar dan berlabuh ke pelabuhan cinta abadi.



    

Kota Berbukit dan Berpantai.




Telah lahir seorang anak di pulau yang indah.

Pulau yang mempesona hati dan jiwa.

Di kota yang berpantai dan berbukit.



Dari atas bukit, engkau bisa melihat pantainya.

Dari atas perahu, engkaupun bisa melihat sang bukit.



Pantai biru di kala pagi dan senja.

Berpasir hitam namun tak berkarang.



Diatas sebuah rumah yang berpanggung.

Berdinding kayu, pasir dan batu.

Bertangga kayu dan batu.

Berpagar besi nan putih.

Berpandangan bukit yang tertutupi.

Siapakah Dia?




Tak ada yang tahu, namun di akhir engkaukan tahu.

Sang pemilik tujuan.

Pemilik dari pemikirannya.

Sang penulis sejarah.



Sejarah masa lalu dan masa depan.

Untuk jutaan tahun yang akan datang.

Dia mengikat hikmah, dengan tulisan cinta.

Murni dari hati dan jiwa yang terdalam.



Yang orang tahu, dialah sang pelamun.

Sang perenung…

Seharian duduk dan melamun menerawang semesta.

Di sebuah teras yang berpandangan.



Yang orang tahu, dia sering tertidur.

Di kursi atau di pembaringan suci.



Yang orang tahu, dia orang yang santai.

Tak bertujuan, tak berambisi.

Walau, sedang membangun jalanNya.

Dialah sang pemuda biasa.

Diasuh oleh seorang nenek dengan penuh kasih dan sayang.

Bagai asuhan bidadari cantik yang turun dari surgawi.



“Sang bidadari”, merawat dengan rahmatNya.

Melindungi dengan kekuatanNya.

Membesarkan dengan hikmahNya.



“Sang wali”, menemaninya dikala sepi.

Berkisah dan bercerita.

Berbagi dan bercanda.



Mereka adalah sahabat.

Sahabat sejati sepanjang hayat.



Bidadaripun selalu menemani.

Bahkan ketika tak ada yang menemani. 



Sang bidadari berbisik dengan lembut.

Dengan suara yang tak terdengar telinga.

Hanya dengan hati dan jiwa.

Jiwa terdalam.

Yang hanya tersentuh dengan gelombang cinta.

 










Masa Kecil




Masa kecilnya, dia senang hidup sendiri.

Punya seorang “teman”.

Teman yang tidak biasa.



Dia menyebutnya “Sang Wali”.

Dipanggilnya dengan sebutan “teman”,

“Sahabat” atau hanya “Freddy” atau “Ferdi”.



Sang Wali, selalu menemani.

Selalu menjawab, semua pertanyaan.

Selalu memberi semua kebutuhan.



Jika engkau lihat, dia sendiri.

Dia bersama “Sang Wali”.



Karena Sang Wali, selalu menemani.

Selalu mendekati.

Selalu menyayangi.

Hingga waktu terhenti.

























Percakapan Pertama.




Tanpa sengaja dan sadar.

Bicara dan berkomunikasi.



Bukan dengan lidah.

Dengan gelombang hati dan jiwa.



Bukan disaat biasa.

Disaat penting dan luar biasa.



Bukan disaat ramai.

Dikala sendiri dan menyepi.



Bersujud dan bertafakkur.

Mencari gelombang Sang Maha Suci.

Kota Berpantai.




Sang anak muda, mulai mencari impian.

Menyusuri jalan dan bertanya kepada Sang Wali

Tentang kota yang dikunjungi.

Sang Wali berkata:

Ke kota demi sebuah impian.

Impian yang pasti, namun tak pasti.

Air lautan dosa menghampiri.

Bukan laksana air surgawi.



Bergegaslah!!!

Karena hari cepat berlalu.

Sang Waktu cepat memanggil.

Hingga waktu sulit dibagi.



Noda banyak terhimpun.

Sehingga lupa apa yang mesti dihimpun.



Perjalanan masih baru.

Masih banyak hal yang akan ditemukan.

Mencari “mutiara suci” yang tersimpan.

Sebagai persembahan yang terakhir.



Sebuah rahasia dan hikmah semesta

Membuka jalan baru dan kehidupan baru.

Berkapal berhari menyusuri lautan lepas

Melepas gundah dan gelisah.



Merenung dan melihat luas

Hingga ke ujung lautan

Angin menerpa wajah

Membuka aura cahaya.

Sekolah Baru, Baru Sekolah.




Ada rasa takut dan senang.

Ada rasa ingin tahu dan tak mau tahu.

Ada rasa malu dan bangga.



Banyak yang baru.

Pakaian dan teman baru.

Guru dan ilmu baru.

Suasana yang baru dengan canda dan ceria.



Sederhana dan bermartabat.

Agar berjalan sopan dan tidak angkuh.



Kaku dan longgar.

Agar terjaga dan tidak menderita.



Tegas dan keras.

Agar berbudi dan berwawasan.



Bibit hati mulai ditumbuhkan.

Agar menjadi buah yang ranum.

Bermanfaat bagi alam.

Menjaga dan memelihara.

Hingga anak keturunan.

 


 


 


 


 


 


Benua Terbawah Australia




Ketika sang pemuda berangkat ke sebuah negeri.

Ke sebuah negeri terbawah.

Ia langsung tak sadarkan diri.



Sang Wali berkisah:

Terbangnya engkau meninggalkan negeri berpulau.

Membuat tersentak hingga berdarah.

Membuatmu kaget dan tak sadar diri.



Beragam hal yang terjadi.

Membuatmu belajar dan menjadi.



Dirimu bukan engkau.

Engkau bukan dirimu.



Jiwa gelisah, mencari diri.

Diri menggeliat, mencari jiwa.



Indah di mata, bukan di jiwa.

Indah di mulut, bukan di hati.



Nyanyian opera yang terdengar.

Bukan yang dicari.



Kidung indah yang mengalun.

Bukan tujuan.



Indahnya laut tak bertepi.

Memanggul sepi.



Pesona pelabuhan cinta “Darling Harbour”

Indah nian dipandang mata.

Lautan tenang tak bergelombang

Karena sang gelombang tertutup cinta

Pesona negeri rantau, membuatmu terlupa.

Kebebasan, memasung sang jiwa.



Hingga kau temukan suara suci yang memanggil.

Memanggil hati dan jiwa.



Kembali suci dan murni.

Bagai air suci sang ibu yang menari.



Terbang kembali.

Melayang dan menjelajah.



Berbaik dan berbakti.

Menjadi insan sejati.



Metropolitan




Di kota terluas, terbesar dan termewah.

Mustahil menghapal semua.



Banyak jalan yang ditempuh.

Membuat rasa ingin tahu.



Tak ada jalan.

Semua menuju semua.



Menyusuri jalan pertama.

Bersama sang seni.

Seni dalam segala.



Memainkan hidup.

Atau dimainkan hidup.



Berputar dan berkeliling.

Hingga tahu dan mengerti.



Membuat tujuan yang tak pasti.

Agar pasti mencapai.

Kehidupan tiada terhenti.

Walau malam meniti.



Sibuk mencari arti.

Walau tak tahu yang dicari.



Membangun dan membangun.

Membangun diri dan jiwa.

Agar terpelihara dan terjaga.

Bertumbuh dan berkembang.



Bukan digerus rumput liar.

Yang siap menerjang dan melahap.

Menghancurkan bunga yang suci.

Agar tiada merekah dan berkembang.



Carilah petunjuk diri.

Agar selamat dan terpelihara.

Dari jebakan yang menggoda.



Wanita asli dan palsu

Bingung mencari diri.

Hingga mencari pasangan sejati.



Padahal yang sejati ada di rumah.

Rumah suci dan disucikan.

 


Cinta Pertama dan TerAkhir.




Sang pemuda terus berjalan, sepi tak berteman.

Hingga dia paham, ada waktu tuk memegang.



Dia tak mengenal sang cinta.

Cintalah yang mencarinya.



Hingga engkau ditemukan.

Tergeletak, tak berdaya.



Cintanya bukan cinta biasa.

Cinta suci yang lama tersimpan dan dijaga.



Kemurniannya terus dirawat.

Agar bersinar dan memancar.



Dari langit.

Hingga ke ujung jiwa.



Wajahmu bagai cahaya.

Cahaya yang menerangi semesta.

Menutupi kabut dan noda.

Memecah kesunyian.



Tampil percaya.

Melayani dan saling membutuhkan.



Pandangan selalu indah.

Bagai cahaya bulan merekah.

Bagai mentari di pegunungan.

Yang menyinari bunga semerbak.



Senyum cerah.

Membuka pagi menjadi indah.



Membuka hadiah yang selalu ceria.

Laksana bidadari yang bermata indah.

Mutiara putih nan suci yang tersimpan.



Terbukalah hati.

Yang menutupi selama ini.



Gelap menjadi terang.

Sunyi menjadi riang.



Kutitipkan cinta.

Untuk kau bawa dalam rindu.



Hingga waktu mencari.

Mencari sang pemilik.

Menemani Sang Cinta




Menemani mencapai sang cinta.

Bahagia tak berujung.



Lestari dan jaga sang cinta.

Karena dia putih dan suci.



Laksana cahaya diatas cahaya.

Laksana senyum diatas senyuman.



Mata laksana air yang memancar.

Memancar ke semesta.

Hingga jalan tak berujung.



Disitulah, jalan yang kau cari.

Berhenti, dan sadarkan diri.

Karena waktu, tak akan berhenti.

Habis diserap hari. Setiap hari.

Entah kau pakai, ataupun dibuang.



Teruslah melangkah bersama.

Sampai waktu memisahkan cinta.



















Di sebuah pagi yang indah, sang pemuda berbisik untuk dibuatkan sebuah lagi cinta. Sang walipun berkata:

Lagu Puisi Cinta




Kutuliskan puisi cinta.

Puisi yang indah dan tertata.

Untuk mata indah yang tajam.

Menusuk ke jiwa terdalam.



Jangan terbawa rasa.

Nanti kecewa.

Wujudkan cinta.

Apa adanya.



Sirami dengan hati.

Pupuk dengan jiwa.

Agar gelora asmara.

Tetap bersama.



Buka pintu hati.

Agar sang hati menari.

Buka pintu jiwa.

Agar sang jiwa berdendang.



Bersama meraih cinta.

Tuk hidup penuh cita.

Bersama jalan bersama.

Meniti jalan cinta.







Suatu ketika sang nenek mendekati sang pemuda, memintanya menikah sebelum waktunya tiba.

Sang walipun bertanya mengapa melamar sang kekasih. Sang pemuda menjawab dengan puitis…



Mengapa Aku Melamar




Telah lama kusendiri.

Berteman dengan sepi.

Tiada yang menemani.

Dari pagi hingga pagi.



Kulihat matamu yang indah.

Bagai mutiara yang kuimpikan.

Kulihat senyummu yang meriah.

Pertanda harikan selalu ceria.



Hanya ada senyum dan tawa.

Sedikit amarah atau tangisan.

Berpikir logis dan tanggap.

Pandai dan komunikatif.



Akhlak mulia selalu terlihat.

Empati menunjukkan simpati.

Ibadah tiada henti.

Kala senja hingga pagi.



Pengorbanan tiada henti.

Tanpa takut termanfaatkan.

Berani dan percaya diri.

Tulus dan apa adanya.



Inikah tandaNya.

Tiada hari tanpa rindu.

Tiada hari tanpa ingin bersama.



Hingga suatu masa.

Mimpi di tengah malam.

Sang bidadari mengajak masuk.

Ke rumah berpanggung.

Bertemu sang nenek.

Tuk mencari kasih.



Kasih dan rahmatNya.

Yang terpancar dalam dirinya.

Selalu terjaga dan lestari.

Walau waktukan berhenti.

















Sang insani, mencari kerja yang tak kunjung diraih. Kerja ibadahnya mendekat dan terkoneksi dengan gelombang cintaNya. Sulit untuk tidak tergoda dengan jebakan duniawi.

Bekerja dengan Cinta




Bekerjalah dengan suka cita.

Bangun impian dan raih masa depan.

Bangun sang jiwa meraih sang cinta.

Bangun sang cinta dengan kerja dan usaha.



Tersenyumlah pada pagi.

Pagi yang memberi hadiah ilahi.

Ilahi bekerja tanpa henti.

Tak sanggup mengejar yang sejati.



Hanya pasrah dan menerima segala.

Keyakinan ini, memberi yang terbaik.

Bekerja untuk cinta.

Bagai matahari yang terus bersinar.



Carilah sang cinta.

Rezekipun datang tak terduga.

Dari arah yang tak disangka.

Fikiranpun tak menyangka.



Bekerja dengan cinta.

Bangun dengan cinta.

Tersenyum dengan cina.

Memberi dengan cinta.



Hingga lelah sang tubuh.

Menikmati penat dan keringat.

Merebahkan sang tubuh.

Sebagiah hadiah yang tak terkira.



Dalam perjalanan mencari pekerjaan, bukanlah pekerjaan yang mudah sang pemuda terus mencari dan mencari….

Mencari Kerja




Pekerjaan yang engkau cari

Ada didepan mata

Dekat dan disekitar.



Bekerja dan berkarya

Untuk diri dan diriNya.

Terus berbuat yang terbaik

Hingga waktu memanggil.



Carilah sang pemberi kerja

Dialah sang pemilik alam.

Dialah sang pemberi rezeki.

Dari arah yang tak dikira.

Berharap Tanpa Harap




Harapan itu selalu ada

Entah itu tak nampak dan tiada.

Berharap pada harapan

Harapan yang selalu tak pasti

Namun pasti terjadi.



Ibarat hujan yang tiada turun

Karena kemarau ada masanya.

Ibarat terik yang memanas

Karena sang matahari mendekat tanpa sekat.



Hanyalah arah angin yang diatur

Agar cepat mencapai tujuan.

Angin bukan dari kita

Ia ada dan tiada.

Suatu hari, ratu bidadari menghampiri dan menyampaikan rasa. Tuk mulai membangun asa.

 


Membangun Masa Depan




Masa depan itu bukan di bumi…

Ada di negeri tak tersentuh.

Dicapai dengan air bumi, tanah bumi dan seluruh alam

Untuk sebuah negeri yang selamanya.



Bangunlah pagi hingga malam tiba.

Bukan membangun hanya di bumi, namun untuk yang selamanya.



Mesin amal di bumi, bekerja hingga sang waktu telah tiba.

Masa depan di bumi untuk masa depan negeri selamanya.



Karena waktu di bumi, sekejap mata memandang.

Mudah sirna, kecuali dengan amalan paripurna.





Sang Wali berjalan di sudut kota yang sibuk dan menemukan seorang pemuda yang merasa terhina karena tak memiliki kekayaan harta. Sang walipun berkata…

Jangan Merasa Hina




Janganlah engkau merasa hina

Jika tak bermobil mewah…

Jika tak berkantor mentereng…

Jika tak berumah bertingkat…



Malulah jika mengambil hak orang lain.

Malulah jika mencuri dan berkorupsi.

Malulah jika berpenampilan mewah dari hasil rampasan.

Malulah jika tak berbuat baik. Dan

Malulah jika tak beretika dan bermoral.

Malulah jika sombong dari Sang Pemilik.

Sang pemuda di tanah rantau mulai menemukan belahan sang jiwa, dan pengorbanan serta perjuangan dimulai…

 




Kisah Cintaku


Betapa cinta memulai kehidupan baru

Betapa cinta memulai gairah baru

Betapa cinta memulai pengorbanan baru



Cinta menceriakan dan menyedihkan

Cinta berpasangan dan menyepikan

Cinta membahagiakan dan menyengsarakan



Cinta adalah kodratNya

Tak dapat lepas dari tali jeratannya.

Nikmati darah, keringat dan tangisan.

Hingga kehidupan baru terlahir kembali

Semua untuk Cinta.



Cinta suci nan bercahaya

Cahaya sempurna sang rembulan.

 


 


 


 


 


 


 


 


 


Selalu Mencinta


Merah muda bibir yang merekah

Bagai bunga yang memancar

Bidadari bersandar

Bagai perahu yang tertambat



Dinginnya hati menyelimuti pagi

Menyentuh bagai kapas

Merangkul kasih dan sayang

Bagai pasangan tak terpisah.



Selamanya bersinar sang cahaya

Selamanya selalu mencinta

Karena adanya karena Sang Cinta

Menghamparkan ke seluruh alam





Rindu yang Terpisah




Ada masa tersulit

Api membara, membakar lahan

Padang bunga kering

Cuaca panas dan terik



Komunikasi terputus

Tanpa canda dan tawa

Yang ada air mata

Sesak didada



Menanggung sepi

Menanggung rindu

Sendiri dan menyepi.

Bersama Sang Wali.

Ke rumah nan suci.

Ketika Tiada Yang Ada


Ketika tiada yang ada...

Berharap bantuan kan ada...



Tiada hati mengeluh

Malu hati....

Pada segala kebaikanNya...



Berharap padaNya

Mendekat kepadaNya.



Keyakinannya...

Pertolongan kan ada



Disaat yang tepat tak terkira.

Pada orang yang tak terduga.



Semua atas rencanaNya.

Orang biasa namun baik hati.



Bukan dari tampilan

Bukan dari yang terlihat.



Terharu karena sentuhanNya

Bukan dari yg biasa...

Bukan dari yang terkira....



Lari dan terus berlari...

Untuk mencari...



Bersujud menangis dan terharu

Atas ketulusan dan keikhlasannya.



Ilahi membantu lewat orang pilihanNya.

Malaikat tak bersayap

Manusia berhati mulia



Yang tak disangka...

Di hari mulia

Hari yang dimuliakan.



Kutemukan lagi...

Manusia tak terlihat

Dialah "sang Wali..."



Menolong tanpa dilihat

Membantu tanpa disorot...



Bencana membawa anugrahNya...

Bencana mendatangkan malaikatNya...

Bencana mendekatkan kepadaNya...

Bersyukur atas segalaNya.





Setengah Mati


Sang anak bertanya pada sang ayah

Apa maksud “setengah mati?”



Setengah mati…

Hilangnya kesadaran

Namun tubuh masih hidup.



Jatuh pingsan

Tanpa sadar, sendiri



Tak kuat sang tubuh

Namun jiwa tetap kuat



Tak kuat sang kaki

Namun hati tetap bersemi.



Perginya jiwa yang gelap

Datangnya jiwa yang hilang

Kembali hidup bagai di alam surgawi



Bersih suci

Menari dalam hati



Cinta bersemi kembali

Saat kehidupan lahir kembali

Kehidupan baru

Bagai bangkit dari kematian.






Comments

Popular Posts