Asrulsani Abu The Autobiography



Assalamu Alaikum WR.WB.

Alhamdulillah, saya senang sekali berkenalan dengan anda di media ini. Terima kasih telah menjadi bagian dari kisah saya ini. Tentu akan menjadi kenangan sepanjang hidup saya.

Sebuah ungkapan menyatakan: perjalanan jutaan kilometer dimulai dengan satu langkah. Demikian juga dengan tulisan ini, dimulai dengan 1 huruf awal, lalu dilanjutkan dengan huruf lainnya sehingga menjadi sebuah karya “autobiography”. 


Saya percaya bahwa setiap manusia yang lahir dimuka bumi membawa misi mulia dari Tuhan Sang Maha Pencipta. 




Misi mulia ini diemban dan diberikan kepada sang manusia makhluk ciptaan Allah yang paling sempurna untuk mencapai tugas-tugas yang telah digariskanNya.

Demikian juga saya, sang makhlukNya yang biasa.

Seorang manusia biasa yang lahir di sebuah kota kecil yang berpantai bernama Kota Parepare propinsi Sulawesi Selatan Indonesia.

Kota Parepare jaraknya sekitar 155 kilometer dari kota Makassar propinsi Sulawesi Selatan atau jika ditempuh dengan menggunakan mobil memakan waktu kurang lebih 2-3 jam perjalanan.

Baiklah...Saya langsung saja ya...


Saya memulai kisah ini dari sebuah kisah kebahagiaan kecil dimasa itu, yang masih senang saya kenang hingga hari ini.


Saya bersyukur ketika masih kecil saya dititipkan sementara oleh orang tua tercinta dan dirawat dengan penuh kasih sayang oleh seorang nenek bernama Nenek Fatimah....



Nenek Fatimah adalah sosok wanita yang lembut dan penuh kasih sayang terhadap cucu-cucunya... Dan...Sampai hari ini... 

Saya sangat bersyukur dan bahagia pernah merasakan kasih dan sayang beliau...
Walaupun sebenarnya saya memiliki seorang ibu yang juga "perkasa" dan agak terkesan "keras" ...
Namun saat itu, Nenek Fatimah inilah yang saya anggap seperti ibu saya sendiri karena kasih dan sentuhannya yang menyentuh hingga ke hati yang terdalam....


Setiap beliau datang berkunjung ke rumah kami yang di Makassar, saya merasa nyaman saat dipeluk oleh sang nenek. Pelukannya begitu tulus dan ikhlas memancarkan kasih sayang yang indah dariNya... 


Yah....

Bahkan sampai saat ini saya masih bisa mengingat dan merindukan bagaimana setiap malam saya tertidur pulas diatas tikar plastik (bermotif gajah) dengan posisi kepala diatas pangkuan Sang Nenek sambil dengan lembut dan pelan beliau menyentuh rambut saya dengan sentuhan "khas" tangannya yang putih lembut.... Yah...dulu saya terbiasa tidur dengan sang nenek, dimandikan dan dipakaikan pakaian dengan penuh kasih sayang....


Saya teringat...

Suatu hari ketika saya beranjak dewasa, nenek pernah mengajak ngobrol lalu bertanya kepada saya sambil tersenyum ramah 



"kapan engkau akan menikah nak?"

Begitu katanya setengah memaksa...karena beliau mungkin mengetahui tidak lama lagi beliau akan "pergi"...



Saat itu, langsung saya jawab "memangnya kenapa nek?" 



Sang Nenek menjawab: "Nenek kan sudah tua nak....

Nanti sebelum nenek meninggal, nenek ingin melihatmu duduk di pelaminan dengan seorang wanita yang cantik dan baik hatinya....."


Dan memang...

Selang beberapa tahun setelah saya menikah, nenek saya yang baik hati inipun meninggal dunia..., Inna lillahi..wa inna ilaihi rojiun. 



Saat itu... Hati saya sangat kehilangan beliau...(kalo anak sekarang mengatakan hati galau)



Betapa tidak.... 

Karena sebenarnya hal ini menyadarkan saya...bahwa 

Beliaulah yang selalu mendukung apapun yang saya inginkan...

Beliau pulalah yang selalu tersenyum padaku.....

Selalu memyayangiku.....

Bahkan saat orang-orang lain tidak ada dan tidak memberikannya...



Saya sangat kehilangan kasih sayangnya...
Namun kepergian beliau ternyata telah "digantikanNya" oleh seseorang yang juga mirip dengan nenek saya ini...

Dialah orang yang kemudian saya nikahi dan memberikanku buah cinta kasih sepasang anak yang lucu dan membanggakan hati ini.


Kembali ke cerita masa kecil di Parepare.
Pada suatu hari keluarga besar kami pindah ke kota Makassar yang menurut kami adalah sebuah kota yang besar saat itu....


Waktu itu, kami berharap hijrah ini dapat memberikan kehidupan yang lebih baik....karena saat itu ekonomi orang tua masih morat marit, ayahanda masih berjalan kaki dan bersepeda untuk sekedar mencari nafkah bagi keluarga kecilnya...



Kebetulan ayahanda yang masih muda setelah menganggur beberapa lama dan hanya bekerja serabutan dan apa adanya, dipanggil bekerja sebagai seorang staf pegawai bapak Jusuf Kalla. 



Di perusahaan bapak Jusuf Kalla inilah kehidupan kami mulai bertumbuh hingga pada akhirnya beliau pensiun disaat telah mengabdi lebih dari 30 tahun hingga level jabatan yang tertinggi di perusahaan tersebut.
Ayahanda yang saya kenal sangat mencintai dan menteladani sosok Jusuf Kalla dan selalu menceritakan kebaikan dan kesederhanaan Bapak Jusuf Kalla. 
Pada tahun 1992 selesai SMA di Sekolah Islam Athirah Makassar, sama seperti orang lain pada umumnya SMA adalah masa "BIG Experience of Life". Ada banyak kesalahan dan juga pelajaran hidup sewaktu SMA. Masa-masa SMA memiliki tempat tersendiri saat mulai mengarungi kehidupan.

Sewaktu SMA walaupun terkadang dipanggil "ustad" karena sering memberikan "nasehat" kepada teman-teman namun tidak jarang sayapun terkadang ikutan merasakan "over energy"nya anak muda yang tidak didukung oleh kemampuan manajemen diri dan mental waktu itu. 



Suatu peristiwa besar yang merubah hidup saya adalah pada saat mobil yang dikendarai oleh teman saya terjun ke selokan dan membuat kami semua terluka dan masuk rumah sakit. Untungnya kami semua selamat, jika tidak... maka hari itu mungkin adalah hari terakhir kami berada di bumi yang indah ini. 



Setelah kecelakaan mobil yang hampir merenggut nyawa kami, sayapun berniat untuk memulai kembali sisa hidup ini dengan lebih baik dan menjadi orang yang lebih baik dari hari-hari sebelumnya. 



Kehidupan baru dimulai saat berhijrah saya putuskan dengan bulat. Saya semakin berkeinginan kuat untuk merantau ke Australia untuk belajar Commerce, English dan Computer. 



Keputusan untuk pergi dari rumah (merantau) dan jauh dari keluarga adalah sebuah keputusan yang amat berat waktu itu, karena didalam hati yang terdalam saya sebenarnya masih membutuhkan banyak bantuan dari keluarga terutama dari seorang ibunda....



Namun, sebuah kejadian yang amat saya takuti adalah sempat terjadinya "perpisahan" diantara kedua orang tua kami yang sangat saya banggakan dan cintai....


Namun ujian yang besar selalu memberikan hikmah yang besar juga. Sebuah masalah besar berupa sebuah keluarga yang sempat "broken home" telah menyadarkan kami betapa pentingnya sebuah keluarga didalam sebuah rumah.  

Kami sadar tidak ada keluarga yang sempurna, namun sebuah keluarga terbaik adalah jika keluarga tersebut dapat menyikapi masalah yang ada dengan cara yang baik pula.


Jangan sampai keluarga yang ada dalam rumah itu "broken" karena orang lain namun jika memang telah terlanjur terjadi "broken" maka sebuah "broken" inilah yang nanti diharapkan menjadi cikal bakal sebuah kehidupan yang baru dan lebih baik.



Dalam pandangan saya, sosok seorang Ayah adalah orang yang sangat kami cintai dan kami hormati, beliau adalah pejuang bagi keluarga dan selalu memberikan yang terbaik untuk keluarga. 



Ayah adalah sosok yang positif dan selalu mensupport kami.

Ayah bagaikan "malaikat penolong" dan Ayah adalah segalanya... "He is one of the best person that God has given for us... the children..." 


Saya...

Anak remaja yang tadinya manja dan masih memiliki ego sentris yang tinggi perlahan mulai terkikis di tanah rantau...



Di kota kecil Richmond New South Wales Australia, saya belajar banyak tentang "diversity" dan "tolerance" serta "communication".

Disinilah saya baru belajar berani secara utuh untuk mengutarakan pendapat. Padahal dulunya saya adalah orang yang sangat penakut untuk tampil di depan umum. Biasanya jika akan tampil dimuka umum wajah saya memerah saking gugupnya...



Namun saya bersyukur saat di Australia guru-gurunya sangat bersahabat dan baik hatinya sehingga mampu memberikan rasa nyaman untuk berbicara di depan kelas. 

Disini saya belajar banyak tentang “freedom” dan kemandirian dari teman-teman dari banyak negara seperti Thailand, Malaysia, Singapore, Iran, Korea, Japan, Pakistan, Hong Kong, India, Laos hingga Swiss.

Teman saya yang baik hati adalah Jackgree, James dan Ote Nannopabale juga ada Nhung serta Pong. Bersama merekalah terutama si Jackgree saya sering bersepeda bersama dan jalan bersama selepas belajar...Bersama mereka saya belajar perbedaan ras, perbedaan bahasa perbedaan budaya, perbedaan agama dan perbedaan negara ternyata bisa menyatukan kami...

Sungguh indah jika kita tidak melihat perbedaan namun berusaha melihat "persamaan kebaikan" dalam diri dan jiwa kita masing-masing.



Guru saya yang sudah tua namun baik hati bernama Lynette dari Inggris dan satu lagi yang adalah Mr. George dari USA yang selalu murah senyum.

Mereka adalah orang-orang baik yang dikirimkan Tuhan kepadaku...
Lynette dan George mengajar dengan murah senyum....

Waktu itu setahu saya umumnya guru-guru di Indonesia masih mengajar "tanpa senyuman". Walaupun tentunya banyak juga guru saya yang selalu berbaik hati kepadaku seperti Ibu Farida dan pak Hamka.  Ibu Farida adalah sosok guru yang tegas namun jika menatap saya, beliau menatap dengan penuh kelembutan padahal beliau berbeda agama denganku.


Sedangkan bapak Hamka adalah sosok guru yang terkenal teguh dalam pendiriannya namun murah senyum. Beliau memegang teguh nilai-nilai Islami yang memberi rahmat dan kebaikan bagi seluruh alam.


Untuk mengisi waktu senggang, saya juga ikut bergabung dengan organisasi kemahasiswaan yang bernama Indonesia Australia Student Association dan sempat diangkat oleh para sahabat memperoleh amanah menjadi wakil ketua di organisasi tersebut. 



Di Australia, saya dipertemukan dengan seorang yang baik hati yaitu Eldin Asman...orang ini adalah sosok "pahlawan" bagiku....

Sampai saat ini, saya masih mengingat kebaikannya dengan tulus pernah mengantar sekardus Indomie untukku yang sangat berguna selama 1 bulan untuk bertahan hidup di perantauan...

Di Australia, saya menyelesaikan kursus saya, namun gagal menggapai Bachelor of Commerce di University of Western Sydney Hawkesbury. 



Saya terpaksa pulang ke Indonesia dengan perasaan bersalah bercampur sedih dan malu kepada orang tua karena tidak sanggup membanggakan orang tua dengan memberikan gelar sarjana yang telah lama mereka impikan. 



Beberapa bulan lamanya saya menganggur dan menyendiri di kampung halaman...bingung harus berbuat apa...

Namun pada suatu hari di kampung, saya termotivasi saat melihat ibu saya yang seperti kurang merasakan kebahagiaan karena melihat anak kebanggaannya telah gagal.... 



Akhirnya saya bertekad untuk bangkit dan tetap berusaha memenuhi harapan orang tua yang menginginkan anak tertuanya memperoleh sarjana. 



Maka dengan perasaan yang bercampur aduk namun dengan tekad yang bulat, saya kembali merantau ke Ibukota Jakarta yang terkenal dengan kehidupan yang "keras" untuk mengambil jurusan Manajemen pada Universitas Trisakti dan Alhamdulillah akhirnya berkat izin Allah, saya bisa memberikan kebanggaan pada orang tua hingga pendidikan Master.


Perjalanan merantau sendiri saat di Jakarta saya mulai dari Tebet, lalu tinggal sekaligus kost di rumah saudara sepupu di Pasar Minggu selama setahun, dan mengontrak rumah di Buaran Jakarta Timur lalu menyewakan kamar-kamarnya, membeli rumah pertama di Cileduk Indah atas bantuan seorang kerabat dan keluarga, lalu menjual rumah yang di cileduk karena banjir hingga mencicil rumah Metro Permata Karang Tengah hingga sekarang menetap di BSD City Serpong Tangerang Selatan. 


Saat tinggal di rumah saudara sepupu yang tinggal di Pasar Minggu. Dalam diri beliau saya belajar tentang kehidupan seorang PNS dan kesabarannya dalam membina rumah tangga. 



Di Jakarta saya banyak pula dibantu oleh seorang sahabat yang berasal dari suku Betawi Makassar yang bernama Rusli.

Beliaulah yang menemani saya kemanapun saya ingin pergi...bahkan menemani untuk naik Metro Mini yang sempat membuatku hampir terjatuh di jalan Thamrin karena Bis ini hanya memikirkan setoran tanpa memikirkan kenyamanan orang lain. Rusli adalah sosok sahabat yang sabar dan selalu mensupport seorang sahabatnya, untuk itulah mungkin dia mengambil jurusan Psikologi karena minatnya terhadap kemanusiaan. 

Setelah saya menikah di tahun 2000 saya sebenarnya belum memiliki pekerjaan yang bergaji cukup sama sekali dan hanya menjadi salesman di sebuah perusahaan asuransi di Zurich Kuningan. 


Di asuransi saya banyak mendapatkan pelajaran "penolakan" dan "dicuekin" dan sempat merasa terhina jika harus meminta tolong agar orang lain harus membeli produk kami. Pelajaran paling berharga yang diberikan pimpinan kami adalah beliau memberitahukan agar kami membaca buku hebat ini yang berjudul “Rich Dad poor Dad”.

Dan hebatnya buku ini, karena dengan membaca buku ini pikiran saya berubah total setelah membaca buku hebat ini. 


Maka saya bertekad bersama istri tercinta, mencoba berbisnis dan berusaha mengembangkan usaha dengan berjualan stationery di depan Alfamart Cileduk. Namun karena ilmu sedikit, mental kecil dan hanya berjualan stationery dengan sebuah etalase kaca kecil yang diletakkan didepan Alfamart, maka usaha kami ini terpaksa gulung tikar.  Harga sewa lapak didepan alfa mart waktu itu hanya Rp. 300.000 per bulannya namun saat itu menurut kami itu juga sudah berat.



Kegagalan ini tidak membuat kami patah semangat, kami lalu mencoba lagi membuka sebuah toko yang kami beri nama Metro Collection di Karang Tengah. Usaha ini menjual pakaian muslim dan muslimah yang kami beli dari Tanah Abang. Alhamdulillah toko ini menunjukkan omset yang besar saat ramadhan.


Jika ingin membeli pakaian ke Tanah Abang biasanya kami mulai ke Tanah Abang setelah shalat subuh sehingga kami bisa tiba di waktu awal. Saat itu, Tanah Abang tidak seperti sekarang yang sudah banyak eskalatornya, jadi saat itu kami lebih banyak naik dan turun tangga. Saat istri mulai hamil anak pertama kami dan merasa kelelahan jika harus melanjutkan usaha pakaian ini, maka usaha inipun terpaksa kami tutup... 



Lalu kami mulai membuka berbagai macam usaha seperti jualan pulsa yang kami beri nama Sydney Cell, laundry, dan wartel....

Penjualan kami untuk usaha pulsa lumayan besar yaitu sekitar 10 juta per bulan, namun ternyata pemasukan yang cukup besar ini hanyalah "fatamorgana" dalam dunia bisnis yang bisa saja membuat kita terlena... Omset yang besar belum tentu memberikan keuntungan yang cukup buat kita untuk melanjutkan kehidupan.

Pernah juga kami membuka institusi pendidikan dan terapi bernama Amadis Centre...yang mengkhususkan diri memberikan terapi dan pendidikan untuk anak berkebutuhan khusus. Usaha terapi dan pendidikan ini kami jalankan sambil tentuya tetap melanjutkan usaha keluarga di bidang Car Rental....

Sewaktu usaha pertama kami yang dijalankan dari sebuah rumah kontrakan di komplek Keuangan Karang Tengah Ciledug kelihatan maju dan berkembang dengan pesat, kami pun tergoda pindah dari usaha rumahan dan berkantor di sebuah Ruko di Metro Permata Tangerang. 


Saat itu orang yang bekerja pada kami mencapai belasan orang, dan pelangganpun mulai banyak. Kamipun semakin senang dalam berusaha...



Namun sayang terjadilah Krisis Moneter yang menghantam dunia dan Indonesia....



Banyak perusahaan-perusahaan yang bangkrut dan salah satunya usaha kami...dengan sangat terpaksa kami tutup karena tidak mampu membayar biaya sewa ruko yang naik setiap tahunnya.... 
Usaha yang kami rintis di bidang terapi dan pendidikanpun terpaksa gulung tikar dan merumahkan orang-orang yang telah bekerja pada kami....saat itu...perasaan terasa amat sakit, saat melihat usaha kami yang kami bangun setiap harinya....harus bangkrut sia-sia....dan untuk melanjutkan usaha di daerah tersebut sepertinya akan sulit berkembang lagi....

Sayapun berpikir untuk mencari sebuah tempat yang lebih layak dalam meningkatkan taraf hidup kami...sebuah tempat yang lebih tertata baik dalam manajemennya. 



Mengingat tempat tinggal yang lama di Ciledug sering banjir dan terkenal dengan kondisi jalannya yang sangat macet dan parah. Ini membuat semakin diri kami stress dan membuat kepala saya sering “migraine”. 



Namun ini sebenarnya ada hikmahnya saat kami tinggal di Ciledug yaitu sebuah pelajaran besar tentang arti sebuah kesabaran di dalam menikmati perjalanan kemacetan dan semrawut luar biasa dari Ciledug ke Jakarta...setiap hari!.


Hingga pada suatu hari saya merasa bosan dengan kehidupan kami yang serba repot dan semrawut. 

Dalam keadaan terjepit dan kepepet oleh permasalahan kehidupan keluarga baru.  


Akhirnya, sayapun memboyong istri dan anak kami yang baru lulus TK dan satu lagi masih bayi berusia 6 bulan untuk pindah ke BSD City.

Bermodalkan dengan tekad dan semangat baru untuk memulai usaha yang dimulai dari garasi di rumah kami...

Demi melanjutkan kehidupan yang baru.

Sebuah kehidupan baru yang benar-benar dimulai dari nol bahkan ATMnyapun dimulai dari angka nol...:)


BSD City adalah kota penyelamat kehidupan keluarga kecil kami. Kota kecil ini bagaikan kota Madinah bagiku. Dimana dari kota yang tadinya semrawut ke kota yang indah, nyaman dan lebih mendamaikan hati ini....



Kota ini benar-benar damai, teratur dan teduh.



Bisa dikatakan Manajemen BSD City benar-benar memiliki konsep dan tujuan yang jelas dalam membahagiakan seluruh pelanggannya....



BSD City adalah sebuah kota yang terkelola dengan sangat baik dengan adanya begitu banyak fasilitas pendukung yang memenuhi seluruh kebutuhan dan keinginan konsumennya dan konsep ini sangat cocok bagi tujuan dan arah hidup saya dan keluarga di masa depan.Kota ini cukup besar dengan luas 6000 hektar yang mengedepankan konsep yang penuh dengan pohon-pohon yang rindang dan jalan-jalan yang luas serta tertata rapi.



Akhirnya dengan proses pemikiran dan perasaan yang matang...

Rumah yang lama dan mobil kecintaan kami terpaksa kami jual untuk membangun sebuah tempat tinggal sekaligus usaha yang baru dirintis....di BSD City Serpong.


Sejalan dengan mulai membaiknya perekonomian di Indonesia, sayapun kembali memulai dan mengembangkan usaha di bidang Car Rental. 


Bisa dikatakan semuanya saya mulai dari nol dengan sendirian dan terkadang dibantu dengan istri tercinta dan juga anak-anakku yang saya cintai...



Pekerjaan menjadi driver yang mengantar mobil hingga mengantar klien dijalani dengan senang hati... 

Menjadi petugas survey yang melakukan survey, berbicara langusng dengan konsumen...

Menjadi Salesman sekaligus Marketing, 

Staff Admin, Akuntan yang mengontrol keuangan dan mengurus pembukuan perusahaan, 

Menjadi Resepsionis yang menerima tamu, 

Menjadi tukang cuci mobil yang menjaga kondisi mobil tetap layak pakai dan 

sekaligus menjadi operator yang mengangkat telepon sendiri...

Semuanya saya lakukan sendiri...

Demi sebuah tekad, impian dan cita-cita...agar perusahaan ini bisa hidup dan berkembang sesuai dengan cita-cita luhur kami. Satu hari nanti.

Karena semakin hari, pembantu semakin sulit dicari, kamipun memutuskan untuk akhirnya tidak memiliki pembantu...dengan berbagai alasan.

Jadi saya dan istripun sekaligus menjadi pembantu rumah tangga yang bahu membahu menyapu, mengepel dan menyetrika adalah bagian dari pekerjaan yang kami lakukan sendiri demi menghemat biaya operasional usaha yang baru kami bangun... 

Sesuatu yang dulunya dilakukan oleh resepsionis dan karyawan serta pembantu kami, semuanya dengan ikhlas dan senang hati saya kerjakan sendiri...

Demi menafkahi keluarga baru kami, sekaligus tetap berusaha membahagiakan keluarga dan orang-orang yang saya sayangi....

Untuk merekalah saya berjuang agar mereka suatu hari merasa bangga terhadap ayahnya... 

Yah....

Semua dilakukan mulai dari awal kembali untuk menghemat biaya operasional, karena perusahaan baru saja didirikan dan saya memang belum mampu untuk menggaji seorang pegawai bahkan untuk seorang driver untuk mengantar dan menjemput kendaraan rental mobil. 

Mobil Sewa dan Logo BSD City


Disela-sela kesibukan merintis usaha car rental, saya juga menyempatkan diri untuk menjadi seorang salesman properti di sebuah Agen Properti BSD City...



Disini saya sempatkan belajar sekaligus tentang BSD City yang bagiku Bumi Serpong Damai adalah sebuah tempat yang baru, yang belum saya kenal sama sekali...

Yang saya miliki saat itu hanyalah sebuah impian dan harapan...untuk membangun kembali sebuah gedung kantor yang dulunya saya bangun dan impikan....

Akhirnya dari banyaknya usaha yang saya coba lakukan, saya melihat ada banyak orang yang selalu saja menghubungi saya untuk dibantu dalam menyediakan kendaraan yang mereka butuhkan. Bahkan pimpinan saya menjadi konsumen rental mobil saya juga. 



Yang pada akhirnya hal inilah yang menyadarkan saya, bahwa bisa jadi tugas mulia yang diberikan Allah kepada saya adalah menjadi penyedia jasa usaha rental mobil dan properti bagi makhlukNya (konsumen). 



Saya merasa ada ikatan emosional dengan kendaraan-kendaraan atau usaha yang saya kelola...

Seolah-olah mereka adalah gembalaan saya atau ternak saya dan mereka seolah memiliki "nyawa" yang hidup dan bergerak sesuai dengan jalanNya. 



Ada banyak kejadian yang unik dengan mobil ini yang terkadang sulit diterima logika. Mobil ini benar-benar "hidup" yang terkoneksi dalam otak dan batin saya.


Di bidang Transportasi, saya berusaha mengembangkan usaha penyewaan mobil yang sempat mati suri di kampung halaman.  

Impian saya yang terdalam adalah saya sangat ingin mengembangkan usaha saya menjadi lebih professional dan dapat membantu memenuhi kebutuhan dan keinginan seluruh lapisan masyarakat terutama di wilayah BSD City Serpong, Jakarta dan sekitarnya.

Usaha yang tadinya dipegang keluarga besar kami, berusaha saya buatkan strategi dan manajemen baru dengan nama baru SANI RENTAL.

Lalu kemudian seiring berjalannya waktu, untuk memudahkan saya untuk lebih berfokus pada pengembangan rental mobil, kemudian dengan dibantu oleh keluarga mengusung brand sendiri SANI.


Dalam bidang usaha lainnya, saya tetap membangun usaha SANI Network yang bergerak dalam bidang usaha properti. Mimpi saya adalah membangun sebuah Sani Land sebuah jaringan usaha properti yang mulai bergerak dari rumah sendiri, membangun usaha kamar sewa, ruang sewa dan segala hal properti yang dapat disewakan dan dikembangkan sehingga dapat membangun properti di surgaNya. 

Selain mendirikan bidang usaha, saya dan kerabat juga sedang membangun Yayasan Anak Mandiri dan Istimewa (Amadis Foundation) yang bertujuan untuk membangun dan memberdayakan potensi yang ada untuk kebaikan keluarga dan masyarakat.  Juga diharapkan dapat membangun sarana ibadah seperti musholla, masjid dan sarana pendidikan gratis.

Program yayasan ini juga mendirikan Rumah Shodaqoh yang membantu dan menyalurkan bantuan shodaqoh kepada kaum miskin dan anak yatim yang kurang mampu.

Dalam bidang rohani, saya kadang diminta untuk membantu mengisi materi di Masjid Baitul Hikmah BSD City untuk berbagi (sharing) ilmu dan pengalaman tentang manajemen kehidupan dan manajemen bisnis yang berdasarkan Al-Quran dan Hadist Rasulullah SAW.

Beberapa hasil “sharing” dan pembelajaran saya buatkan “file” khusus dan akhirnya Alhamdulillah dapat menjadi sebuah kumpulan karya tulisan sendiri berupa buku-buku yang dapat langsung dibaca melalui “digital book”.

Akhir kata.

Untuk semua yang telah membaca tulisan ini. Saya sangat berterima kasih atas segalanya. 

Dan mohon doa dan dukungannya dalam membangun karya nyata baik itu wakaf ilmu maupun wakaf tanah dan masjid untuk kebaikan umat dan semesta alam.

Semoga dapat memberikan inspirasi dan manfaat untuk anda dan suatu hari kita dapat bertemu...dengan suasana yang baik dan mendamaikan hati.










Bersama Ibunda


Bersama motivator dan pemecah rekor MURI. 
Nanang Qosim Yusuf
 
Bersama ahli tafsir Al Quran TVRI.
DR. KH. Abdulhakim

Bersama presenter terbaik Metro TV.
 Andy F Noya
Bersama wakil presiden republik Indonesia. 
Bapak HM Jusuf Kalla

Bersama Para Sahabat di GRAHA GAIDO
Bersama CEO Gaido Group. HM Hasan dan 
Qori Internasional Mustofa Wongsodikromo

Bersama Gaido Land

Shooting bersama Master Kesadaran Indonesia.
Master Naqoy

Santai sejenak bersama ustad Aa Gym dan ustad Haddad

Bersama penerus Raja Banten Ratu Bagus Wisanggeni
Bersama dosen dan ketua program wirausaha Universitas Indonesia.
DR. Rambat Lupiyoadi
Ceramah di Masjid BSD City
Bersama magician dan penulis berbakat.
MR. MIND MUHAMMAD

Bersama Pimpinan STIE Nobel, Pimpinan Fajar Group, Ibunda dan Pimpinan Pengusaha Wanita

Bersama Ayahanda dan Adik-adik.


Bersama anak dan istri serta pengunjung Istana Merdeka Jakarta.
Berbagi buku kepada sahabat mba Yenny Ramlan.
Bersama ketua KADIN dan Walikota Tangerang Selatan.
H. Kemal Pasya dan H. Benyamin Davnie
Impian Berbagi Wakaf Ilmu untuk Pembangunan Manusia dan Masjid Indonesia.


Jika ingin menghubungi saya Asrul Sani Abu, untuk saling berbagi.

Saling berbagi ilmu

Saling berbagi cerita
Saling berbagi pengalaman
Saling berbagi rezeki yang halal
Saling berbagi jaringan pertemanan dan kerja
Saling berbagi apa saja yang bermanfaat untuk menjadi kenangan di hati.




Silahkan kontak
FREE DIGITAL BOOK untuk ANDA
































Comments

Anonymous said…
Terharu dan terinspirasi bang...
Bayah Traveller said…
Lanjutkan terus bang, memberi inspirasi dan manfaat bagi banyak orang
Unknown said…
Terima kasih bung Ardi

Popular Posts