Sinopsis Novel Terbaru: Berpisah untuk Kembali
Sinopsis
Buku ini bercerita tentang perjalanan cinta sepasang suami
istri yang baru saja menikahdan harus berpisah hingga bercerai untuk menemukan
cinta yang sejati.
Dalam perjalanan mengarungi samudra kehidupan bahtera
pernikahannya yang awalnya berjalan dengan mulus dan bahagia mengalami badai
yang dahsyat sehingga mengakibatkan bahtera pernikahan yang baru saja dijalani
harus karam dan terdampar di sebuah “pulau yang sunyi”.
Di pulau yang “sunyi” mereka jadi sering terlibat salah
paham dan salah komunikasi sehingga terjadi banyak konflik batin dan raga.
Perpisahan yang terjadi akibat bahtera yang terjungkal, menjadikan mereka
mencoba lebih memahami sifat dan karakter masing-masing demi menjaga keutuhan
dan kelangsungan buah hati hasil cinta mereka. Demi cinta mereka mengorbankan
segalanya. Namun dapatkah cinta merubah segalanya? Dapatkah sifat dan karakter
mereka berubah? Dan dapatkah kehidupan mereka yang tidak bahagia kembali
bahagia? Serta dapatkah mereka yang terpisah jauh menyatu kembali untuk
membangun bahtera yang telah karam diterjang gelombang lautan samudra kehidupan
menjadi kehidupan yang didambakan setiap insan.
Ada banyak hikmah dan pelajaran
dari hubungan sebuah pernikahan untuk mencapai keluarga yang sakinah mawaddah
warahmah yang tidak semudah dengan mengucap doa. Doa disertai ibadah yang terus
menerus membuka pintu langit sehingga limpahan rahmat dan cintaNya menghampiri
bahtera kembali hingga tiba di pulau impian, kehidupan yang didambakan.
Menikah Pertama Kali
Menikah Pertama Kali
“Cinta adalah suatu proses aktualisasi diri yang bisa
membuat orang melahirkan tindakan-tindakan produktif dan kreatif. Dengan cinta,
seseorang menyadari bahwa ia akan mendapatkan kebahagiaan bila mampu
membahagiakan orang yang dicintainya. Timbulnya kebahagiaan itu pada gilirannya
menghendaki tindakan-tindakan seperti perlindungan, perhatian, tanggung jawab,
dan pengetahuan.” (Abraham Maslow – Psikolog Amerika).
Pesta pernikahan yang telah dipersiapkan berbulan-bulan
kini telah usai. Acara ijab qabul yang sakral telah kami lewati bersama. Masjid
yang indah tempat kami mengucap janji suci untuk setia, dengan perlahan kami
tinggalkan bersama dari rumah suci untuk kembali ke rumah kami yang sebenarnya.
Masjid yang suci dengan bangunan yang megah yang menandingi kemegahan dan
keindahan masjid sang nabi besar Muhammad SAW Madinah di kota suci dan
disucikan. Dengan perlahan kami berdua turun dari tangga masjid yang berlantai
dua. Sang istri yang baru saja aku nikahi, kini dengan rasa bahagia berpegang lembut
di lenganku. Tangga masjid yang kami turuni bagaikan penggambaran dua kekasih
langit yang melangkah turun ke bumi, menerima benih rahmat dari Sang Pengasih
untuk disebar ke seluruh semesta alam melalui keluarga terkecil kami hingga nantinya
menggapai penjuru dunia. Aku manusia asli Indonesia, berwajah mungil
berpenampilan apa adanya bernama Muhammad Insani bin Akbar dan sang istri Putri
Cahaya bin Wahyu telah berucap janji suci untuk saling mencintai dan berikrar
untuk menerima pasangan apa adanya. Wajah sang bidadari yang putih bersinar
memberikan cahayaNya ke wajahku yang berwarna gelap oleh terpaan sinaran cahaya
mentari. Cinta itu memang tak melihat warna, ia melihat yang tak terlihat,
merasakan gelombang sang cinta yang tak terasakan oleh orang lain. Sang Cinta
bukanlah dari manusia, ia berasal dari Zat Yang Maha Suci, kesucian cintaNya
harus dijaga agar tetap murni hingga kembali ke pangkuanNya.
Kami yang sedang penuh gelora nafsu cinta raga duniawi berdua
dengan perasaan senang kembali ke kamar hotel dan menikmati waktu berdua
bersama sebagai sepasang suami istri yang kini sah secara agama dan hukum
negara. Suasana hotel kini, telah dibuat sedemikian romantik oleh pihak hotel
untuk menyambut kami berdua, mereka menyiapkan segalanya dengan professional
sebagai hadiah dari pernikahan dari kerabat yang kebetulan pimpinan dari hotel
tersebut. Diatas pembaringan pengantin yang berwarna putih dengan renda
berbunga, bunga-bunga alam bertaburan dengan indahnya dengan nuansa warna biru pastel
yang lembut dipadu warna merah yang bersemangat. Semerbak wangi harum bunga
melati menyebar hingga ke seluruh ruangan. Lampunya yang redup memancarkan
sinar lembut sang rembulan dari atas meja yang berpadu dengan nuansa batik khas
Indonesia. Hotel ini memang masih tergolong
baru, dengan nuansa klasik khas Indonesia yang beraura damai dan menenangkan
jiwa yang baru dipersunting sang kekasih.
“Pa….aku mandi dulu yah….” Seketika suara lembut sang
istri di telingaku mengagetkanku. Panggilan kata Papa adalah sebuah kata romantik
pertama yang aku dengar di hari pernikahan kami yang bersejarah.
“Oh iya…. Istriku sayang… Cantikku manisku….” Jawabku
mengangguk sambil menatap wajah cantiknya yang penuh dengan riasan pengantin
kebaya khas Indonesia. Sambil duduk di atas pembaringan yang penuh dengan bunga
melati, aku menatap langit kamar hotel dan mengucap syukur tiada henti dalam
hati.
“Alhamdulillah ya
Allah…. Terima kasih atas segalanya. Semuanya berjalan lancar dan sangat
mudah…. Ini semua berkat tangan-tanganMu ya Allah…. Terima kasih ya Allah…. Terima
kasih Engkau Sang Maha Pemurah dan Pengasih bagi kami….”
Suara air yang terdengar deras dari kamar mandi, kini
mulai berhenti. Aku mulai bersiap juga untuk berendam di kolam kamar yang terlihat
penuh dengan bunga beraneka warna. Aroma bunga menyebar hingga ke seluruh
ruangan menambah gairah kehidupan yang baru saja kami buka.
“Airnya segar banget….. hangat di badan lho!!... Cobain
deh…” Sang istri sambil mengeringkan rambutnya memberi tanda agar aku segera
mandi juga. Aku yang menyadari tandanya, langsung bangkit dari pembaringan
menuju kamar mandi dan menyiram seluruh penat yang sedari tadi ada di badan.
“Oh iya…. Kalo gitu aku juga mau mandi dulu yah…” Sambil
melompat girang mengambil handuk putih dan menuju kamar mandi lalu memutar kran
yang ada. Kucuran air yang deras dan jernih menyelimuti badanku hingga rasa
lelah akibat dari proses pernikahan yang memakan waktu berbulan mulai sirna
sehingga yang ada hanya kesegaran nyata dan semangat yang menggelora.
Setelah kami berdua mandi bersama, aku melihat sang
istri dengan pakaian serba putihnya tampil bagaikan bidadari yang baru turun
dari awan langit menuju sungai sang jiwa yang gersang. Aku sendiri bagaikan
seorang petani yang siap menggarap ladang buah dan taman bunga surgawi yang
siap untuk ditanam. Bunga yang semerbak membuka diri, seolah siap untuk menanti
datangnya sang lebah untuk mencium aroma wangi musk sang dewi bunga yang suci.
“Sayang…. Kita sholat jamaah dulu yah…” Istri berkata
sambil mengambil mukena yang ada didalam tasnya. Dia memang selalu membawa alat
sholatnya kemanapun dia pergi. Salah satu hal yang membuatku jatuh hati
padanya, yaitu ketaatannya dalam menjalankan ibadah sholat lima waktu.
“Oh iya… yukkk. Sambil kita berdoa agar pernikahan kita
berjalan lancar, sakinah, mawaddah, warahmah sehingga mendapatkan buah hati
yang dirihoi Allah SWT….” Aku menimpali.
“Aaaamiin ya rabbal alamiiin” Ucapnya sambil
mengambilkan sajadah. Kami lalu menggelar sajadah di karpet dan bersiap
melakukan ritual ibadah. Shalat berjamaah berdua bersama kekasih hati merupakan
momen paling romantis berdua yang tiada duanya. Bergerak bersama dalam gerakan
sholat yang telah ada aliran air suci yang mengalir di sekujur tubuh.
Maha Suci Engkau Ya Allah
Segala pujian untukMu
Terima kasih atas nikmat iman dan Islam
Terima kasih atas nikmat waktu dan kebersamaan
Terima kasih atas nikmat cinta dan rahmatMu.
Tiada Ilah selain Engkau ya Allah.
Tiada Tuhan selain Engkau.
Maha Kasih dan Maha Sayang.
Subhanallah, walhamdulillah, walaailahaillallah…
Setelah sholat dan berdoa, aku sempatkan lebih dahulu mencium
dahi sang istri yang licin dan bersih yang habis terguyur paparan air suci yang
penuh keberkahan. Sholat merupakan ibadah tertinggi yang kami jalankan berdua
sebelum ibadah suci yang melanjutkan keturunan yang juga suci. Tatapan matanya
yang tajam dan penuh kerinduan serta cinta yang murni, coba aku balas dengan
pelukan sayang penuh cinta dan perhatian dariNya.
Matahari berwarna keemasan yang mengintip dari balik
jendela kamar, kami tutupi agar sinarnya tak masuk membuka tabir kesucian. Kami
berselimut penuh cinta dan rasa hingga bagaikan raja dan ratu untuk sejuta
tahun cahaya. Kilaunya membuka seluruh sukma dan jiwa hingga memancar ke
seluruh semesta. Pancaran air suci dari sukma terdalam memberikan kehidupan
yang baru untuk sebuah perubahan kehidupan yang juga baru.
Aku peluk sang istri dengan cinta bagaikan jiwa suci memeluk
kapas putih yang suci. Rasanya kami tak ingin berpisah dan selalu untuk ingin
bersama selamanya. Kenikmatan dari Allah telah membangkitkan segalanya. Kami
mencurahkan rahmat dan cinta dengan sepenuh kasih. Curahan rahmat cintaNya
telah kami terima dan kami curahkan antara kami berdua. Berdua berkasih sayang
dari sebuah cinta yang terawat dengan tulus dan ikhlas. Perjalanan kasih dan
sayang kami lalui dalam detik demi detik seolah dunia tak pernah berakhir dan
waktu tiada terhenti. Ciuman kasih dari sang kekasih hati dan jiwa tercurah
bagaikan air terjun Bantimurung yang menghunjam ke bumi yang tandus. Kehidupan
yang dulunya kering dan tandus, kini basah dan hidup kembali, seiring matahari
yang baru terbit dari pembaringannya.
Dengan kelelahan, kami tertidur sambil berpelukan bersama
dan dalam tidur aku “melihat” sebuah adegan tentang sebuah kerajaan yang dihuni
oleh sekelompok makhluk jin yang tidak diberikan rahmat dan cinta oleh Allah. Mereka
tampak buruk dan sok berkuasa. Seorang raja terlihat sedang duduk di singgasana
mewahnya, seperti menanti kedatangan bala tentaranya. Berkatalah sang raja
iblis kepada sosok makhluk kecil dan halus yang ada dibawahnya.
“Hei kamu para syetan penggoda manusia!. Hari ini kalian
telah melakukan godaan apa saja kepada manusia?”
“Baginda raja, aku telah memperdaya manusia agar
melakukan kebohongan, tipu daya dan kemaksiatan.”
“Bagus. Kamu telah melakukan tugasmu dengan baik!”
Namun mendadak ada sosok makhluk yang sangat halus
dengan berpenampilan sangat indah. Sang makhluk berkata:
“Baginda, aku telah memperdaya manusia agar melakukan
perceraian!”
“Wah… Kamu adalah jenis pemimpin para syetan.!!! SELAMAT
untuk si SATANG”
“Kita kaum yang tidak suka dengan cinta dan kasih
sayang. Kita adalah sekelompok makhluk yang bertugas mengajak pada kebencian
dan keburukan. Maka lakukanlah tugas kalian menggoda keturunan Adam di bumi
hingga waktu yang ditentukan.”
Tiba-tiba aku terbangun dari tidur sesaat.
“Tok…..tok…….tok!!!!”
Ada terdengar sebuah ketukan dari arah pintu kamar.
“Insani….. sudah tidur atau belum?” Teriak seseorang
dari balik pintu.
“Ohhh…iya, siapa yah?” Sambil bergegas menuju pintu
kamar. Saat pintu dibuka. Sosok bapak tua yang dituakan datang menghampiri
untuk melihat dan berdiskusi dengan kami. “Ini….nga mengganggu kan yah?” Tanya
sang ayah, yang khawatir kedatangannya mengganggu kami berdua. “Oh nga kok ayah….
Ada apa Yah?” Tanyaku mencoba bertanya sambil melap keringat yang mengucur
didahi.
Comments