Strategi Menyiasati Kenaikan Harga Menjelang Ramadhan (Tips)

Suatu hari, istri saya bertanya kepada saya: “Pa…kenapa sih harga-harga naik melulu terutama menjelang bulan puasa begini? Seharusnya kan harga turun, karena orang-orang akan “menahan” lapar dan haus?...”

Sayapun TERDIAM SESAAT dan mencoba menjelaskan bahwa hal ini memang sudah menjadi tradisi di Indonesia maupun di manca negara, dimana setiap permintaan yang tinggi (demand) yang tidak ditunjang dengan KETERSEDIAAN jumlah barang yang ada (supply) akan mengakibatkan KENAIKAN HARGA.

Ingat anekdot sederhana ini:

Jika seandainya seorang tukang penjual makanan menaikkan harga makanannya, maka yang makan misalnya seorang dokter yang melihat harga-harga makanan naik tentunya akan menaikkan pula harga konsultasi dokternya bukan?, jika si pasien yang seorang insinyur yang mendapat biaya yang mahal dari seorang dokter, tentunya akan sang insinyurpun menaikkan pula biaya pembangunan rumahnya, sang pembeli rumah yang notabene pengusaha pakaian akan menaikkan pula harga pakaiannya bukan?, jika harga pakaian mahal sang pemilik minimarketpun akan menaikkan pula harga sembako…dan itulah yang terus terjadi…. begitulah seterusnya harga terus naik…dan naik lagi…setiap orang berusaha menaikkan harganya…

NAMUN ada juga cara atau strategi yang bisa dilakukan oleh pihak produsen atau penyedia jasa atau penjual barang agar HARGA yang mereka tawarkan TIDAK IKUTAN NAIK yaitu dengan melakukan beberapa contoh strategi berikut:

  1. MEMPERKECIL UKURAN PRODUK. Hal ini banyak kita lihat telah dilakukan oleh banyak produsen makanan ringan dengan memperkecil kemasannya. Para produsen ini menjual produk snack, coklat, produk toiletries seperti sabun atau odol dengan ukuran yang lebih kecil, sehingga harga yang ditawarkan dapat lebih terjangkau oleh masyarakat kita. Tukang bubur ayampun yang ada dekat rumah saya melakukan strategi serupa. Luar biasa!...Sang penjual bubur tahu betul akan kesulitan masyarakat, maka harga satu piring bubur dijual dengan harga hanya Rp. 5000,- dengan konsekuensi sang penjual mengurangi sejumlah lauknya…Oh tidak apa-apa bukan? hitung-hitung kita mengurangi kolesterol dalam darah kita khan…

  1. MENGGANTI BAHAN BAKU DENGAN YANG BERHARGA MURAH. Ini banyak dilakukan dengan sangat baik oleh pedagang Warteg, para pedagang ini mampu menyiasati harga yang naik dengan cara membeli sayuran yang sudah agak layu, sehingga dapat mengurangi biaya bahan bakunya. Sehingga harga Warteg masih memegang rekor penjual makanan dengan jualan harga termurah di negeri ini…J Begitu juga dengan pakaian misalnya dapat diusahakan pakaian yang berbahan campuran antara sintetis dan katun.

  1. MENGURANGI ATAU MENGHILANGKAN SEJUMLAH PELAYANAN. Misalnya, produk AC yang tadinya gratis pemasangan menjadi dikenakan biaya pemasangan. Bisa juga misalnya pencucian mobil yang tadinya termasuk poles ban dan pemberian parfum juga keset kertas sudah ditiadakan lagi. Juga pelayan atau pegawai perusahaan yang tadinya berseragam diusahakan memakai baju biasa saja, dengan catatan tetap memakai name tag. Termasuk juga penggunaan AC di ruangan tunggu yang tidak terlalu panas, cukup menggunakan kipas angin.


Semoga solusi sederhana ini, jika dilakukan oleh semua produsen atau penyedia jasa sedikit banyak akan MENGURANGI KENAIKAN HARGA. Nah..bagi pemegang keputusan dalam penetapan harga….ANDALAH yang PUNYA KENDALI bukan?...Ingin harga NAIK terus…atau harga TETAP.

Popular Posts